Cinta itu tak dapat didefinisikan.. hanya bisa dirasa..
kamu tidak akan bisa merasakan cinta seperti apa yang aku rasa, begitu juga sebaliknya aku kepada kamu..
Aku menikah...
Akhirnya aku sampai di sini,, setelah jengah dengan semua pertanyaan orang-orang yang selalu ingin tahu kehidupan orang lain, pertanyaan dari orang-orang yang sangat perhatian pada nasib kisah cinta aku dan dia.. Terlalu sarkas saya bicara begitu.. Negative thinking katanya. Mau bagaimana lagi, toh memang seperti itu alurnya, kalau tidak aku yang bertanya seperti itu pada orang lain, orang lain yang akan bertanya padaku.. Dengan atau tanpa niat seperti yang kupikirkan itu..
Finally.. aku menemukan jawaban akan pertanyaan dengan sejuta makna itu.. tanggalnya, penghulunya, undangannya, tukang dekorasinya, penjahit pakaian pengantinnya, tukang organ tunggalnya, tukang masaknya, bahkan penasehat perkawinannya..
Setelah semua rintangan dan hambatan terlewati, akhirnya kami menikah..
Sayup-sayup terdengar suara laki-laki melafadzkan ayat suci diikuti dengan suasana yang menjadi senyap, tak terdengar lagi derai tawa apalagi berbalas pantun, baki-baki yang berisi hantaran yang telah terhias cantik pun sudah dihantarkan ke dalam kamar tempat aku "disembunyikan", di adat kami, mempelai wanita belum boleh bertemu sang pujaan hati sebelum kata "Sah" diucapkan oleh para saksi..
Di dalam kamar itu.. saya sudah tampak nervous.. Otak saya bekerja, mengira-ngira apa yang terjadi di luar sana, bagaimana ia, calon suamiku itu, apakah dia gugup, apakah dia sudah berlatih semalam untuk mengucapkan dengan benar kalimat sakral yang dapat menjadikan kami berdua sepasang suami isteri, di depan ayahku sebagai wali nikah, para saksi, keluarga - keluarga dekat, dan para malaikat. Aku sangat - sangat berdoa agar dia lancar, mulutku berkomat-kamit meminta ridho kepada Allah swt untuk kelancaran ucapanmu, sayang..
Untuk diketahui, kami bukan termasuk pasangan yang beruntung yang bisa menghadiri undangan BP4 dari KUA, karena calon suamiku bekerja di Jakarta, sementara saya di Jambi, dan saya sedikit berkeberatan jika harus datang sendirian menghadirinya.
Kemudian, terdengar lirih suara beratnya mengikuti suara penghulu melafadzkan istighfar, dan syahadat.. Itu suara kamu bukan sayang? saya bertanya-tanya dalam hati, bahkan untuk mempertegas saya bertanya pada sahabat saya yang menemani kala itu.. "Ya, itu suara uki (nama kecil calon suamiku), masak ga tau suara laki sendiri?" ujar sahabatku sambil menggodaiku yang sangat kelihatan sekali gugupnya :)
Spontan, jantungku berdegup,. rasa grogi tiba-tiba menyelimuti pikiranku, yang sebelumnya bisa tertawa dan berfoto-foto ria bersama sahabat dan sepupu yang menemaniku di kamar pengantin, kini aku hanya bisa diam dan tertegun..
"sayang.. kamu pasti bisa.. kamu kan pintar sayang.." gumamku menenangkan diri.. sambil berkomat kamit mendoakan kelancaranmu.. :)
Tak berapa lama, ku dengar suaranya, tidak begitu jelas terdengar dari kamarku, yang terdengar olehku, dia tengah menyebut namaku.. Dan tiba - tiba, suasananya menjadi riuh, aku benar - benar tidak tahu apa yang sedang terjadi, yang aku tahu seseorang menjemputku keluar, dan menyandingkan aku bersama seorang pria yang ku kenal, seorang pria yang selama ini kucintai.
Alhamdulillah.. sudah sampai disini rupanya mimpiku terwujud.. Trimakasih ya Allah..
Penantian yang penuh kesabaran itu berbuah manis.. Sujud syukur pada Maha Cinta yang memberikan ridho Nya untuk kami.. Dengan ujian apapun, berhasil kami lewati.. Trimakasih ya Rabb..
Sebuah meja kecil, dan beberapa kertas juga sebuah pena terletak di hadapanku sekarang, aku masih dalam setengah tidak percaya, lelaki itu, yang kini kusebut suamiku, membacakan banyak kalimat pada sebuah kertas yang diberikan oleh pak penghulu, isinya adalah janji - janji suami terhadap istri. Dan kemudian diikuti dengan tanda tangan di sebuah kertas, serta di buku nikah - buku berwarna hijau dan coklat sebagai bukti bahwa secara hukum pun kami telah direstui..
Diakhiri dengan acara sungkeman, sebagai wujud syukur dan trimakasih kami kepada orang tua kami atas jasa dan kasih sayang mereka selama ini, dan pada semua pihak yang telah memberikan doa dan restu kepada kami..
Pada akhirnya, kita akan menemukan kebahagiaan.. cepat atau lambat.. rasanya sama saja, tidak ada bedanya, jadi percuma saja jika kita memaksakan untuk dipercepat, baiknya kita jalani saja dan biarkan mengalir seperti yang dikehendaki Tuhan :)
Jika kebahagiaan itu datang, maka ingatlah usaha yang kau lakukan demi memperolehnya tidaklah mudah, jagalah kebahagiaan itu..
Dan jika kebahagiaan itu tidak kunjung datang, maka percayalah itu bukan akhir dari ceritamu, teruslah bersabar dalam ikhtiar dan do'a.. Hanya Allah swt yang tau di episode atau bab mana kebahagiaan itu akan menghampirimu.. :)