Dulu sewaktu saya masih kecil, saya pernah bertanya pada ibu
saya ketika dalam perjalanan dari jambi menuju kampung halaman orang tua saya –
kerinci. Saat itu saya melihat bangunan luas dengan lapangan tenis di dalamnya.
Saya bertanya, “bu, itu tempat apa, ada lapangan tenis, gedung besar, dan
lapangan yang luas?” kata ibu, “itu sekolah unggulan nak, orang-orang pintar
ada disana, tapi disana untuk laki-laki aja”. Dalam hatiku, aku ingin sekolah
disana, aku akan jadi anak yang pintar, tapi kenapa hanya untuk laki-laki. Namun,
entah mengapa saat itu aku yakin bahwa aku akan berada disana nanti. Ketika semakin
beranjak remaja, nasib mempertemukan saya kembali dengan sekolah unggulan itu,
tapi kali ini bukan gedungnya yang saya lihat, tapi bis besar yang mengangkut
beberapa siswanya menuju perpustakaan daerah dekat rumah saya, saya lihat ada
beberapa perempuan disana, malah ada yang menggunakan jilbab seperti saya. Ya, ternyata
semua sudah banyak berubah, saya ingat tentang mimpi saya waktu dulu. Kemudian saya
memutuskan untuk ikut serta dalam seleksi, tak berharap apa – apa, saya hanya
mencoba dengan kepolosan saya. Dan ternyata Tuhan mengabulkan mimpi saya,
meskipun diselipkanNya rasa sesal saat saya menjalani tahun demi tahun disana. Ternyata
disana tidak seindah yang saya bayangkan, saya harus lebih berjuang ada disana
untuk dapat bertahan. Begitulah mungkin, Tuhan ingin mengajarkan saya tentang arti
perjuangan sesungguhnya.
Tidak sampai disana, kemudian mimpi saya berlanjut, saya
ingin kuliah di luar kota kelahiran saya. Entah mengapa, intuisi saya lagi –
lagi mengatakan bahwa saya akan lulus seleksi di sebuah universitas negeri di Jakarta.
Benar, disitulah saya berada. Saya lulus seleksi persis seperti pikiran saya,
dan mendapatkan pilihan seperti yang saya inginkan. Tuhan memang baik,
mengabulkan dan mewujudkan mimpi saya sejauh ini, meskipun selalu diselipkanNya
rasa sesal. Perjuangan untuk lulus kuliah dan segala cobaan yang diberikan menjadikan
saya semakin berpikir lebih hati – hati untuk meminta pada Nya.
Saya pikir apa yang telah terjadi pada hidup saya adalah apa
yang saya inginkan dan saya paksakan Tuhan untuk mengabulkannya, sehingga Tuhan
senantiasa menyelipkan rasa sesal didalamnya, meskipun saya tetap merasa
bahagia menjalaninya, saya merasa bersyukur dengan apa yang terjadi pada hidup
saya, karena saya merasa hidup saya lebih berwarna. Saya pikir, beginilah Tuhan
berkarya dalam hidup seseorang.
Beberapa mimpi dikabulkanNya, dan beberapa hal lainnya tidak Dia beri untuk kita, meskipun kita sangat menginginkannya. Saya mengalaminya, mungkin juga kalian. Saya menangis dan kecewa saat mimpi itu tak terwujud, namun saya bisa apa, hidup saya adalah milik Nya, dan semua sudah terjadi. Satu - satunya yang harus saya lakukan saat itu setelah saya terjatuh, menangis, dan membenci Tuhan, saya harus bangun dan berpikir positif serta bersyukur. Sejauh ini banyak yang Tuhan berikan untuk saya meskipun kadang tak sesuai dengan kehendak saya dan semua baik - baik saja, bahkan lebih baik.
Manusia seperti saya dituntut untuk mengerti tentang
perjuangan hidup, dan arti memperjuangkan mimpi yang sebenarnya. Dimana bahagia
dan rasa sesal itu menyatu dan memanipulasi perasaan. Jika saya mempersepsi negative
maka rasa sesal mendominasi dan jatuhlah saya dalam kekufuran. Dalam perjuangan
itu pun Tuhan mengajarkan saya bahwa jatuh dan bangun itu adalah ‘Belajar’,
saya akan dinyatakan berhasil jika saat saya terjatuh saya tidak lupa untuk
bangun dan terus lah bergerak maju kedepan, karena hidup sesungguhnya bukanlah
tentang masa lalu tapi tentang masa kini dan masa yang akan datang.
PS: be thankful to God :)