Pagi itu..
Suasana cerah, matahari menerangi
bumi sebagaimana biasanya, siang masih berwarna seperti adanya, tak ada rencana
mendung tampaknya dari sang awan, mereka bergumul mesra dan akur satu sama
lain..
Dan aq melangkahkan kaki menikmati
lukisan Tuhan hari ini menuju satu tempat..
Tempat yang mungkin tak disukai
kebanyakan orang, tempat yang memiliki bau khas yang memberikan memori tertentu
untuk sebagian orang, ketika mencium baunya mereka akan ingat dengan tempat
ini, tempat dimana gumulan orang yang digeregoti rasa sakit datang untuk
mencari harapan dan kabar gembira tentang kesembuhan..
Disinilah tempat yang orang-orang
jaman kini menyadari bahwa Sehat itu mahal, kesinilah aku menuju.
Setelah mendapati kartu antrian, dan
mengikuti beberapa teknis yang dianjurkan oleh salah seorang dari mereka yang
duduk manis dan repot dengan urusan administrasi, berkas-berkas, serta berbagai
kartu yang memenuhi meja kerja mereka, aq pun berangsur pergi menghilang dari
hadapan mereka, melewati lorong-lorong dan anak-anak tangga.
Sampailah pada suatu ruang, di
pojokan rumah sakit itu. Sudah ada beberapa yang duduk d ruang tunggu. Ah,
hatiku sudah tak karu-karuan. Aq ingin pulang saja, tanganku dingin dan aq
hanya pergi sendiri, seandainya ada mama disampingku, seperti anak kecil itu..
wajahnya seperti tak mengguratkan ketakutan.. ia mungkin tak memikirkan apa
yang akan terjadi didalam sana.. anak perempuan dengan baju merah tanpa lengan
itu pasti belum pernah kemari.. gumamku dalam hati sambil membunuh waktu.
Aq masih menunggu, satu persatu orang
akan bergantian masuk ke dalam ruangan itu. Samar-samar pun terdengar suara
yang membuatku merasa nyilu. Aq bergidik dan mulai berpikir kembali, “Apa yang
kulakukan? Aq takkan sanggup melaluinya.” Sambil melirik ke beberapa orang lain
yang mengantri di ruang tunggu ini. Ada rasa deg-degan terlukis di wajah-wajah
mereka yang menjelma dari harapan-harapan “semoga tidak apa-apa” “semoga bisa
segera sembuh”. Ya, seperti diriku saat ini.
Ternyata mereka menunggu panggilan
bukan untuk ruangan yang aq tuju, melainkan untuk ruangan yang disebelahnya. Oh,
ini artinya antrianku tak begitu panjang..
Ramai sekali mobil dan motor yang
lalu lalang didepan universitas negeri yang namanya juga menjadi nama rumah
sakit ini, aq mengarahkan pandanganku ke jendela, berusaha mengabaikan rasa
gelisah. Satu orang keluar dari ruangan itu. Muka orang itu kecut tapi terselip
rasa bahagia, tersimpul dari senyumnya yang sebenarnya tak manis lagi jika ia
menyadarinya. Kulirik beberapa orang yang duduk sederetan denganku, mencari
tahu siapa lagi yang akan masuk. Dan tibalah giliran anak kecil yang menarik
perhatianku sejak awal, karena aku iri padanya yang ditemani mama.
Beberapa waktu berselang, setelah
anak kecil itu giliranku akan tiba.
Pintu berderek dari arah dalam. Hidungku
kembang kempis, pupil mataku membesar dan mengecil. Giliranku!!
Rautnya tidak menyemburatkan apa-apa,
dia hanya memegangi kapas kecil di sela-sela giginya, tangannya yang lain
dipegangi mamanya. Sekali lagi kupastikan dan berharap rautnya akan berubah
seperti hendak mengatakan bahwa mamanya sudah menipu dan menjebaknya bertemu
dengan dokter ini, tapi tidak dia berlalu dengan biasa-biasa saja. Apakah peralatan
besi yang tajam, yang jika menyentuh gusi akan terasa sakit dan membuat suara
bising yang mengilukan itu tak memberikannya rasa takut??
Disinilah aku, didepan seseorang yang
berjas putih, dengan masker di dagunya, dan sarung tangan plastic yang
dikenakan. Dia memintaku untuk berbaring di singgasana itu, dan aku tak dapat
berbuat apa-apa lagi. Disinilah aku, di depan seseorang yang mencoba membantuku
dan mengatakan padaku jangan tegang, santai saja, sementara aku sudah lemas
saat dia berkarya dengan peralatan besinya didalam mulutku. Dan disinilah aku,
setia diperintah olehnya untuk berkumur-kumur sementara gusiku sudah dibiusnya.
Sambil menahan tawa karena mendadak aku tak bisa berkumur dengan baik sebab
sebagian mulutku tak bisa bergerak. Hahaha.. dan dokter itu pun tertawa melihat
keadaanku.
Setiap kali aq akan bertemu kamu, aq
selalu merasa takut, bukan karena dirimu, tapi karena rasa sakitnya, tapi
setelah aq bertemu kamu, rasa sakit itu masih tetap ada, namun kemudian
berangsur menjadi lebih baik dari sebelumnya. Terimakasih dok, sudah membantuku
memecahkan masalah. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan cuap-cuap..