Kamis, Juni 07, 2012

Ruang Tunggu Dokter Gigi


Pagi itu..
Suasana cerah, matahari menerangi bumi sebagaimana biasanya, siang masih berwarna seperti adanya, tak ada rencana mendung tampaknya dari sang awan, mereka bergumul mesra dan akur satu sama lain..
Dan aq melangkahkan kaki menikmati lukisan Tuhan hari ini menuju satu tempat..
Tempat yang mungkin tak disukai kebanyakan orang, tempat yang memiliki bau khas yang memberikan memori tertentu untuk sebagian orang, ketika mencium baunya mereka akan ingat dengan tempat ini, tempat dimana gumulan orang yang digeregoti rasa sakit datang untuk mencari harapan dan kabar gembira tentang kesembuhan..
Disinilah tempat yang orang-orang jaman kini menyadari bahwa Sehat itu mahal, kesinilah aku menuju.

Setelah mendapati kartu antrian, dan mengikuti beberapa teknis yang dianjurkan oleh salah seorang dari mereka yang duduk manis dan repot dengan urusan administrasi, berkas-berkas, serta berbagai kartu yang memenuhi meja kerja mereka, aq pun berangsur pergi menghilang dari hadapan mereka, melewati lorong-lorong dan anak-anak tangga.

Sampailah pada suatu ruang, di pojokan rumah sakit itu. Sudah ada beberapa yang duduk d ruang tunggu. Ah, hatiku sudah tak karu-karuan. Aq ingin pulang saja, tanganku dingin dan aq hanya pergi sendiri, seandainya ada mama disampingku, seperti anak kecil itu.. wajahnya seperti tak mengguratkan ketakutan.. ia mungkin tak memikirkan apa yang akan terjadi didalam sana.. anak perempuan dengan baju merah tanpa lengan itu pasti belum pernah kemari.. gumamku dalam hati sambil membunuh waktu.

Aq masih menunggu, satu persatu orang akan bergantian masuk ke dalam ruangan itu. Samar-samar pun terdengar suara yang membuatku merasa nyilu. Aq bergidik dan mulai berpikir kembali, “Apa yang kulakukan? Aq takkan sanggup melaluinya.” Sambil melirik ke beberapa orang lain yang mengantri di ruang tunggu ini. Ada rasa deg-degan terlukis di wajah-wajah mereka yang menjelma dari harapan-harapan “semoga tidak apa-apa” “semoga bisa segera sembuh”. Ya, seperti diriku saat ini.

Ternyata mereka menunggu panggilan bukan untuk ruangan yang aq tuju, melainkan untuk ruangan yang disebelahnya. Oh, ini artinya antrianku tak begitu panjang..

Ramai sekali mobil dan motor yang lalu lalang didepan universitas negeri yang namanya juga menjadi nama rumah sakit ini, aq mengarahkan pandanganku ke jendela, berusaha mengabaikan rasa gelisah. Satu orang keluar dari ruangan itu. Muka orang itu kecut tapi terselip rasa bahagia, tersimpul dari senyumnya yang sebenarnya tak manis lagi jika ia menyadarinya. Kulirik beberapa orang yang duduk sederetan denganku, mencari tahu siapa lagi yang akan masuk. Dan tibalah giliran anak kecil yang menarik perhatianku sejak awal, karena aku iri padanya yang ditemani mama.

Beberapa waktu berselang, setelah anak kecil itu giliranku akan tiba.

Pintu berderek dari arah dalam. Hidungku kembang kempis, pupil mataku membesar dan mengecil. Giliranku!!
Rautnya tidak menyemburatkan apa-apa, dia hanya memegangi kapas kecil di sela-sela giginya, tangannya yang lain dipegangi mamanya. Sekali lagi kupastikan dan berharap rautnya akan berubah seperti hendak mengatakan bahwa mamanya sudah menipu dan menjebaknya bertemu dengan dokter ini, tapi tidak dia berlalu dengan biasa-biasa saja. Apakah peralatan besi yang tajam, yang jika menyentuh gusi akan terasa sakit dan membuat suara bising yang mengilukan itu tak memberikannya rasa takut??

Disinilah aku, didepan seseorang yang berjas putih, dengan masker di dagunya, dan sarung tangan plastic yang dikenakan. Dia memintaku untuk berbaring di singgasana itu, dan aku tak dapat berbuat apa-apa lagi. Disinilah aku, di depan seseorang yang mencoba membantuku dan mengatakan padaku jangan tegang, santai saja, sementara aku sudah lemas saat dia berkarya dengan peralatan besinya didalam mulutku. Dan disinilah aku, setia diperintah olehnya untuk berkumur-kumur sementara gusiku sudah dibiusnya. Sambil menahan tawa karena mendadak aku tak bisa berkumur dengan baik sebab sebagian mulutku tak bisa bergerak. Hahaha.. dan dokter itu pun tertawa melihat keadaanku.

Setiap kali aq akan bertemu kamu, aq selalu merasa takut, bukan karena dirimu, tapi karena rasa sakitnya, tapi setelah aq bertemu kamu, rasa sakit itu masih tetap ada, namun kemudian berangsur menjadi lebih baik dari sebelumnya. Terimakasih dok, sudah membantuku memecahkan masalah. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan cuap-cuap..